Opini  

Harga Karet Semakin Merosot Di Kalimantan Selatan Di Duga Ada Permainan Harga Di Tengkulak Sehingga Petani Menjerit

Kalimantan selatan 18 Oktober 2024,Harga Karet Yang Seharusnya Sampai 27rb/kg kini hanya tinggal 7000 sampai 10.000 rupiah,banyak petani mengeluh utamanya petani karet sendiri yang mengeluh harga pupuk dan perawatan kebun karetnya

 

MR.X (50th) yang tidak mau disebutkan namanya,sedih bahkan mengeluh karna harga karet setiap harinya tidak juga naik bahkan dari tengkulak pun seakan memainkan harga semurah-murahnya agar bisa membeli karet dari petani langsung dengan minimal harga demi laba yang meninggi

 

Penurunan harga karet dapat berdampak pada beberapa hal, di antaranya:

 

Kondisi ekonomi petani karet: Petani karet akan mendapatkan harga yang murah untuk kilogram karet yang sedikit.

 

Konsumsi pangan petani: Skor konsumsi pangan petani menurun, dan masuk ke dalam kategori kurang baik.

 

Produktivitas karet alam: Produktivitas karet alam di Indonesia turun.

 

Hilirisasi karet: Hilirisasi karet di Indonesia tidak digarap secara serius.

 

Harga karet yang turun dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: Krisis, Kurangnya permintaan, Penyakit gugur daun yang kian masif sejak 2019 s/d 2024, Sulitnya petani mendapatkan pupuk.

 

Karet merupakan komoditas ekspor sehingga harganya sangat dipengaruhi permintaan luar negeri. Indonesia mengekspor sekitar 85 persen dari hasil produksi karetnya.

 

” Kami sangat merugi ketika kebijakan pemerintah tidak juga memberikan kesempatan kepada kami petani karet untuk bisa memenuhi kebutuhan setiap hari,belum lagi harga yang semakin memburuk membuat kami banyak hutang bukan malah memperbaiki ekonomi kami demi nafkah keluarga “,ujar mr.x sambil meneteskan air mata

 

Selain peremajaan tanaman karet di hulu, serapan karet di pasar dalam negeri juga benar-benar digarap betul melalui hilirisasi. Hal itu mulai dari pengembangan karet alam untuk karet sintetis hingga pengintegrasian ke rantai pasok industri, seperti otomotif, alas kaki, dan sarung tangan.

 

”Sementara Indonesia, produktivitas karet alam justru turun. Hiliriasi karet tidak digarap secara serius. Padahal, Indonesia memiliki pasar domestik karet alam yang cukup besar, seperti industri otomotif dan alas kaki,” tutupnya.

 

M ridho Dewan Perwakilan Pusat Forum Reporter Junalis Republik Indonesia (FRJRI)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *