Roy Suryo Cs Diproses Hukum: Upaya Kriminalisasi atau Perlindungan Kekuasaan?

Roy Suryo Cs Diproses Hukum: Upaya Kriminalisasi atau Perlindungan Kekuasaan?

Oleh _*Edy Mulyadi*, Jurnalis Senior_

Besok, Kamis, 13 November 2025 adalah ujian pertama bagi Prabowo Subianto. Apakah dia bisa membuktikan sebagai presiden mandiri? Atau, masih di bawah kendali Jokowi?

Besok Roy Suryo, Rismon Sianipar, dan Dokter Tifa akan diperiksa Polda Metro Jaya. Mereka jadi tersangka atas laporan Jokowi yang merasa dihina sehina-hinanya, direndahkan serendah-rendahnya karena keaslian ijazahnya dipertanyakan. Roy sendiri menegaskan akan hadir jam 10 pagi. Dia didampingi tim kuasa hukum yang berharap polisi tak buru-buru menjerat dengan penahanan.

Tapi di balik janji kooperatif itu, aroma konspirasi menguar. Ini bukan cuma soal kertas ijazah UGM. Ini cermin apakah Prabowo masih terikat tali gembala dari mantan bosnya, Jokowi.
Bayangkan, dalam 13 bulan sejak pelantikan, Prabowo terus giat membangun citra sebagai pemimpin tegas. Dia sibuk mengonsolidasikan koalisi raksasa yang menelan hampir seluruh partai. Namun, isu ijazah Jokowi seperti tamparan telak buat Prabowo. Ini test case sempurna. Kalau penahanan terjadi besok, maka narasi “Prabowo boneka Jokowi” akan bergaung lagi.

Jokowi memang bukan lagi presiden. Tapi pengaruhnya masih seperti bayangan panjang di Istana. Polisi, yang menerima laporan fitnah langsung dari Jokowi, dengan cepat memproses. Memanggil sejumlah aktivis. Memeriksa ratusan saksi dan ahli. Dan, akhirnya 7 November menetapkan delapan orang jadi tersangka.

Pernyataan Prabowo yang mengambil alih soal kereta api cepat Woosh mungkin saja jadi momen penting. Sepertinya, polisi menerjemahkan pasang badan Prabowo itu sebagai green light dari Istana. Kalau soal utang ratusan triliun rupiah dan potensi pidana Woosh saja Presiden ambil alih, tentu soal ijazah juga. Begitu, barangkali, asumsi polisi.

Kalau Prabowo membiarkan ini berlarut, dia akan terlihat lemah. Apalagi bila Roy cs ditahan, maka tidak bisa tidak, publik menilai Prabowo terperangkap dalam jaring dinasti yang dia janjikan untuk bebaskan.

Lebih dalam lagi, akselerasi penuntutan ini bukan kebetulan. Pertama, narasi makzulkan Gibran sedang membara. Isu ijazah palsu Jokowi bukan isu mati. Ia merembet ke putranya, yang ijazah setara SMA-nya dari UTS Insearch Australia diragukan keabsahannya. Roy, usai kunjungan kilat ke Sydney 1–4 November lalu, menggelegar dengan klaim 99,9% Gibran tak punya ijazah itu. Dia juga menemukan fakta: saat itu Gibran hanya nebeng perjalanan dinas Jokowi tahun 2003, tanpa bukti kursus panjang. Kejanggalan penyetaraan ijazah University of Bradford yang katanya dari Singapura (padahal di Inggris) makin menggigit.

Kalau narasi ini meledak, Jokowi habis. Dinastinya runtuh. Gibran terpeleset dari kursi Wapres. Selanjutnya ini akan jadi amunisi emas bagi aktivis dan oposisi (kalau ada) untuk dorong impeachment.

Jokowi (dan polisi?) mungkin berharap penuntutan Roy cs justru jadi langkah pamungkas mematikan api sebelum membesar. Tapi ironis, timing-nya pasca kunjungan Roy ke Australia malah bikin isu Gibran viral ulang di media sosial. Di platform X, ribuan post mendukung Roy sebagai pahlawan transparansi.

Kedua, bisa jadi sikap Prabowo yang pasang badan untuk Woosh, polisi anggap ini lampu hijau dari istana. Tapi siapa pemberi lampu? Jokowi yang lapor, atau Prabowo yang diam? Di X, gerakan bela Roy cs masif dari kalangan intelektual dan aktivis.

Prabowo untung kalau dia memosisikan diri sebagai penutup era Jokowi. Biarkan polisi bersihkan kasus ijazah. Tapi diam-diam intervensi halus agar tak ada penahanan. Ini peluang emas untuk membuktikan independensnya.

Solusinya sederhana, tapi butuh keberanian. Prabowo harus angkat suara besok. Instruksikan Kapolri agar lakukan pemeriksaan transparan, profesional, dan berkeadilan. Perintah serupa juga diberikan kepada semua institusi terkait.

Jika ini yang Prabowo lakukan, maka besar peluang Roy cs tak ditahan. Dan itulah tanda Prabowo lepas kendali. Publik mengapresiasi Prabowo sebagai presiden yang mandiri dan berdaulat. Dia benar-benar melepaskan diri dari bayang-bayang dan kendali Jokowi.

Ini bukan soal menang-kalah. Tapi ini soal membangun kepercayaan rakyat yang muak dengan politik dinasti. Kalau Prabowo lolos ujian ini, dia bukan lagi penerus Jokowi. Dia pemimpin baru yang layak dipercaya.
Sebaliknya kalau gagal, bayang-bayang istana lama akan menyelimuti masa jabatannya. Rakyat akan menyimpulkan: Jokowi masih pegang kendali. Prabowo? Dia cuma boneka penerus Jokowi, si perusak negeri… [***]

Jakarta, 12 November 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *